Selasa, 03 Januari 2017

makalah sumber daya pendukung keberhasilan implementasi kurikulum




MAKALAH
Sumber Daya Pendukung Keberhasilan Implementasi Kurikulum
Dosen Pengampu: Milda Amalia, M.Pd.I
Mata Kuliah: Pengembangan Kurikulum PAI











Oleh Kelompok 9:

 ANNUR KHUSAIRIK
SAUFI
SISTRIANI

Semester VII B


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-HAUDL KETAPANG

TAHUN 2016



BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional adalah aspek kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran strategis dalam sistem pendidikan. Kurikulum merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu.
Adanya beberapa program pembaruan dalam bidang pendidikan nasional merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan masyarakat dan bangsa indonesia yang mampu mengembangkan kehidupan demokratis yang mantab dalam menghadapi era globalisasi ini. Untuk dapat terlaksananya kurikulum yang baik tentunya ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yakni mengenai sumber daya pendukung keberhasilan implementasi kurikulum.











BAB II
PEMBAHASAN
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum di sekolah tidak terlepas dari beberapa sumber daya pendukung, diantaranya adalah manajemen sekolah, pemanfaatan sumber belajar, penggunaan media pembelajaran, penggunaan strategi dan model-model pembelajaran, kinerja guru, pemantauan pelaksanaan pembelajaran, manajemen peningkatan mutu pendidikan.
A.    Manajemen Sekolah
1.      Pengertian Manajemen Sekolah
Menurut Kathryn M. Bartol dan David C. Martin manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama, yaitu merencanakan ( planning ), mengorganisasikan ( organizing ), memimpin ( leading ), dan mengendalikan (controling). Dengan demikian manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan.[1]
a.       Manajemen Kurikulum
Merupakan substansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolak ukur pencapaian tujuan siswa dan mendorong guru untuk menyusun terus-menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.
b.      Manajemen Kesiswaan
Ungkapan manajemen kesiswaan terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan kesiswaan. Penulis tidak lagi mendiskripsikan pengertian manajemen dalam makalah ini mengingat pada makalah sebelumnya yang berjudul manajemen personalia telah dibahas secara terperinci dan jelas pengertian manajemen.

Sementara itu yang dimaksud dengan kesiswaan ialah segala sesuatu yang menyangkut dengan peserta didik atau yang lebih populer dengan istilah siswa.[2]
Dengan demikian manjemen kesiswaan memiliki pengertian suatu proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa di suatu sekolahmulai dari perencanaan, penerimaan siswa, pembinaan yang dilakukan selama siswa berada di sekolah, sampai dengan siswa menyelesaikan pendidikannya di sekolah melalui penciptaan suasana pembelajaran yang kondusif dan konstruktif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar atau pembelajaran yang efektif.
c.       Manajemen personalia
Personalia ialah semua anggota organisasi yang berkerja untuk  kepentingan organisasi yaitu untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Personalia organisasi pendidikan mencakup para guru, para pegawai, dan para wakil siswa/mahasiswa. Termasuk juga para manejer pendidikan yang mungkin dipegang oleh beberapa guru.[3]
Yang dimaksud dengan manajamen personil adalah segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan masalah memperoleh dan menggunakan tenaga kerja untuk demi tercapainya tujuan sekolah yang telah ditentukan sebelumnya.
d.      Manajemen Keuangan
Pengertian manajemen keuangan dalam arti sempit adalah tata pembukuan. Sedangkan dalam arti luas adalah pengurusan dan pertanggungjawaban dalam menggunakan keuangan, baik pemerintah pusat maupun daerah. Adapun Maisyarah sebagaimana dikutip oleh Sulistiyorini menjelaskan bahwa manajemen keuangan adalah suatu proses melakukan kegiatan mengatur keuangan dengan menggerakkan tenaga orang lain.
Kegiatan ini dapat dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan pengawasan. Dalam manajemen keuangan di sekolah tersebut dimulai dengan perencanaan anggaran sampai dengan pengawasan dan pertanggung jawaban keuangan.[4] Manajemen keuangan di sekolah Islam atau madrasah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan.
Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.[5]
e.       Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya. Dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan prasarana sekolah.[6]
2.      Fungsi Manajemen
Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu :
a.       Perencanaan (Planning)
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin.
T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan yakni (a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan; (b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama; (c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran; (d) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat; (e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi; (f) memudahkan dalam melaksanakan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi; (g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci, dan lebih mudah dipahami; (h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan (i) menghemat waktu, usaha dan dana.[7]
b.      Pengorganisasian (organizing)
George R. Terry mengemukakan bahwa pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan tertentu.[8]
c.       Pelaksanaan (Actuatung)
Pelaksanaan tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.[9]
d.      Pengawasan (controlling)
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan, di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.[10]
B.     Pemanfaatan Sumber Belajar
1.      Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan salah satu komponen yang membantu dalam proses belajar mengajar. Sumber belajar tidak lain adalah daya yang dapat dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.
AECT (Association for Education and Communication Technology) menyatakan bahwa sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang, atau benda) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dimanfaatkan dan diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media elektronik, narasumber, lingkungan sekitar, dan sebagainya yang dapat meningkatkan kadar keaktifan dalam proses pembelajaran.[11]
Sumber belajar dapat dikategorikan ke dalam enam jenis, yaitu pesan; orang; bahan; alat dan peralatan; teknik, dan lingkungan. Selain itu dari sisi perancangannya, sumber belajar itu dapat dipilah menjadi dua jenis, yaitu sumber belajar yang dirancang dan sumber belajar yang dimanfaatkan.[12]
Implementasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses pembelajaran sudah tercantum dalam kurikulum bahwa proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber belajar.






2.      Fungsi Dan Manfaat Sumber Belajar
Sumber belajar memiliki beberapa fungsi, yaitu (a) meningkatkan produktivitas pendidikan; (b) memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual (c) memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran; (d) lebih memantapkan kegiatan pembelajaran; (e) memungkinkan belajar secara seketika dan (f) memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas.
Adapun manfaat sumber belajar, yaitu untuk memberikan pengalaman belajar yang konkret tidak langsung kepada siswa; menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung dan konkret, menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas.[13]
3.      Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Implementasi Kurikulum di Sekolah
Dalam hal ini diperlukan kreatifitas seorang guru dalam mengajar yakni bisa dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar. Selain itu diperlukan dukungan terhadap optimalisasi sumber belajar tersebut.[14]

C.    Penggunaan Media Pembelajaran
1.      Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai `perantara`. Dalam Bahasa arab, media adalah perantara ( ÙˆَسَائِÙ„ْ) atau pengantar pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[15] Penggunaan media pembelajaran didasarkan pada konsep bahwa belajar dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain dengan mengalami secara langsung, mengamati orang lain dan dengan membaca serta mendengar.



2.      Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media  pembelajaran yang dikemukakan oleh Livie dan Lentz adalah media pembelajaran khusunya pada media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi atektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi berarti media visual merupakam inti, menarik, dan pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajarannya, dan fungsi atektif maksudnya adalah media visual yang dapat terlihat dari tingkat kenikmatan pembelajar ketika belajar membaca teks bergambar, kemudian fungsi kognitif bermakna media visual mengungkapkan bahwa lambing visual memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mendengar informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar, selanjutnya fungsi kompensatoris artimya media visual memberikan konteks untuk memahami teks membantu  pembelajar yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatkannya kembali.
Dari beberapa fungsi media visual tersebut dapat dikatakan belajar dari pesan visual memerlukan keterampilan tersendiri, karena melihat pesan visual, tidak dengan sendirinya akan mudah memahami atau mampu belajar. Pembelajar harus dibimbing dalam meneriam dan menyimak pesan visual secara tepat.[16]
3.      Kedudukan Media Dalam Pembelajaran
Kedudukan media dalam komponen pembelajaran sangat penting bahkan sejajar dengan metode pembelajaran, karena metode yang digunakan dalam proses pembelajaran biasanya akan menuntut media apa yang dapat diintegrasikan dan diadaptasikan dengan kondisi yang dihadapi.



Kontribusi media terhadap pembelajaran menurut Kemp dan Dayton adalah (1) menyampaikan pesan pembelajaran dapat lebih terstandar; (2) pembelajaran lebih menarik; (3) pembelajaran lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar; (4) waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek; (5) kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.[17]

D.    Penggunaan Strategi dan Model-Model Pembelajaran
1.      Pengertian Strategi, Pendekatan, dan Model Pembelajaran
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Roy Kellen mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sementara itu pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran inquiry dan discovery serta pembelajaran induktif.[18]
Sementara itu, strategi menurut kemp adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.[19]Banyak bentuk strategi pembelajaran yang dapat dipergunakan oleh guru, di antaranya adalah strategi pembelajaran kooperatif, dan strategi pembelajaran berbasis masalah.



Adapun model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.[20]
2.      Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
a.       Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai
b.      Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran
c.       Pertimbangan dari sudut peserta didik
3.      Strategi Pembelajaran Kooperatif
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Dalam teori ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang dihadapkan pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, selanjutnya menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana atau keterampilan yang diharapkan.
Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri.
4.      Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru dituntut dapat memilih pendekatan pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Pembelajaran berbasis masalah adalah penggunaan berbagai kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru, dan kompleksitas yang ada.
Model pengembangan kurikulum ada yang bersifat deduktif dan induktif. Kurikulum dalam PBM meliputi tiga hal berikut :
a.       Mega Level; profil lulusan yang diharapkan, tujuan umum program; pegetahuan, keterampilan, sikap, dan kompetensi lainnya yang menekankan pada pengembangan disiplin ilmu.
b.      Makro level; latihan dan modul tujuan lembaga, belajar dari materi dan silabus, penilaian tujuan, struktur, kriteria dan kegiatan evaluasi.
c.       Mikro level; struktur kegiatan, jadwal sesi PBM, tutorial, struktur belajar mandiri dan kemasan belajar, sumber masalah dan belajar.[21]
5.      Model-Model Pembelajaran
a.       Model interaksi sosial
b.      Model pemrosesan informasi
c.       Model personal
d.      Model modifikasi tingkah laku
e.       Model pembelajaran kontekstual
f.       Model pembelajaran tematik
g.      Model pembelajaran PAKEM

E.     Kualitas Kinerja Guru
Menjadi guru kreatif, menggairahkan dan disenangi peserta didik merupakan kebanggaan bagi pendidik sejati. Tetapi bagaimana caranya masih banyak yang menghadapi kesulitan. Dua hal kegiatan guru di kelas, yakni mengajar dan mengelola kelas. Sering dijumpai bahwa guru lemah dalam mengelola kelasnya, sehingga pembelajaran tidak berhasil maksimal.seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dan mengembangkan materuinya.




Pengembangan profesionalisme guru secara aktif dan terintegrasi akan melahirkan sosok guru yang kreatif dan inovatif, guru demikian akan menjadi motivator yang handal bagi pengembangan karakter sisiwa , menjadi sosok yang dapat digugu dan ditiru ( teladan ).[22]
Kinerja merupakan suatu wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell dapat dilihat dari quality of work, promthness, initiative and communication. Keempat komponen tersebut merupakan ukuran standar kinerja yang dapat dijadikan dasar untuk mengetahui baik buruknya kinerja seorang guru.
Ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh seorang guru, antara lain: (1) menguasai bahan/materi pelajaran; (2) mengelola program pembelajaran; (3) mengelola kelas; (4) menggunakan media dan sumber belajar; (5) menguasai landasan pendidikan; (6) mengelola interaksi pembelajaran; (7) menilai prestasi belajar siswa; (8) mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan; (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pembelajaran.[23]
Sementara menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI NO 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh ke dalam empat kompetensi, yaitu:
a.       Kompetensi pedagogik
b.      Kompetensi kepribadian
c.       Kompetensi sosial
d.      Kompetensi profesional[24]

Beberapa kegiatan guru dalam upayanya mengembangkan kurikulum yang berlaku di sekolah yakni meliputi merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kurikulum. Adapun melaksanakan kurikulum yang dimaksud adalah guru mampu mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar.
Dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, seyogianya seorang guru memahami langkah-langkah yang harus ditempuh. Langkah-langkah tersebut meliputi: tahap permulaan, tahap pembelajaran dan tahap penilaian serta tindak lanjut.
a.       Menjadi Guru Yang Berkualitas
1)      Guru harus memiliki profesionalisme di bidangnya.
2)      Guru harus mempersiapkan bahan ajar
3)      Guru harus dapat menyampaikan materi dengan jelas.
4)      Guru harus dapat mengelola kelas
5)      Guru harus melakukan evaluasi
6)      Guru harus dapat berhubungan baik dengan orang tua siswa.
b.      Kriteria Guru Berkualitas:
1)      Selalu punya energi untuk siswanya. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran 
2)      Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif.
3)      Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
4)      Bisa berkomunikasi yang Baik dengan Orang Tua 
5)      Punya harapan yang tinggi pada siswanya
6)      Pengetahuan tentang Kurikulum .[25]






F.     Monitoring Pelaksanaan Kurikulum (pembelajaran)
Kegiatan memantau pelaksanaan pembelajaran harus terus dilakukan agar pembelajaran yang dilakukan guru berjalan dengan baik. Kegiatan memantau pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung melalui kegiatan monitoring antara seorang pemantau dengan seorang guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat dilakukan sebaik mungkin. Dengan kegiatan pemantauan ini diharapkan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik sehingga proses pembelajaran menjadi kegiatan yang menyenangkan siswa. Hal ini disebabkan karena layanan yang diberikan mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan siswa.[26]
1.      Konsep Dasar Memantau Pelaksanaan Pembelajaran
Memantau pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan monitoring yang menyertakan proses pengumpulan, penganalisisan, pencatatan, pelaporan, dan penggunaan informasi manajemen tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Fokus kegiatan memantau pelaksanaan pembelajaran ada pada kegiatan dan tingkat capaian dari perencanaan pembelajaran yang telah dibuat berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan memantau pelaksanaan pembelajaran berkaitan dengan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pengidentifikasian tindakan untuk memperbaiki kekurangan dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
2.      Tujuan Utama Kegiatan Pemantauan Pelaksanaan Pembelajaran
a.       Menyediakan informasi yang relevan dan tepat waktu pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang akan membantu pembuatan keputusan manajemen yang efektif oleh pengawas satuan pendidikan.
b.      Mendorong diskusi mengenai kemajuan pelaksanaan pembelajaran bersama para guru dan merencanakan berbagai tindakan yang diperlukan
c.       Menyediakan sumber informasi kemajuan/prestasi utama bagi para pengambil keputusan.[27]
Sebaik apapun hasil perancangan/desain/rencana pembelajaran dan pengembangan kurikulum yang berbasis pada kompetensi siswa, keberhasilan pelaksanaan dalam mencapai tujuan kurikuler sangat bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah faktor guru, ketersediaan sarana dan prasarana, sistem penilaian yang digunakan, buku sebagai sumber belajar, perangkat pembelajaran berupa silabus, dan pemberdayaan peran serta masyarakat dalam seluruh kegiatan pendidikan.
a)      Guru
Kegiatan utama yang harus dipantau adalah aktivitas guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Sehebat apapun kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat dan dirancang, keberhasilannya sangat tergantung pada implementasi rancangan tersebut oleh guru.
Dengan demikian, pada tataran pengembangan kurikulum,implementasi kurikulum, dan perencanaan pembelajaran, guru memiliki peran yang sangat penting dan strategis. Diantara peran tersebut adalah:
1.      Memonitor kegiatan belajar siswa
2.      Memberikan motivasi
3.      Menata dan memantau perilaku siswa
4.      menyediakan dan menciptakan model-model pembelajaran yang akurat
5.      Membimbing dan menjadi “teman” diskusi
6.      Menganalisis kebutuhan dan interest siswa[28]




SIMPULAN
Kurikulum dapat dikatakan berhasil baik jika para pengelola pendidikan mampu melibatkan  stake holders terutama peningkatan kinerja dan kualitas tenaga kependidikan , peningkatan mutu sekolah dengan cara memaksimalkan pelaksanaan manajemen sekolah dengan dinamis dan seimbang serta melakukan monitoring terhadap kurikulum. Kepimpinan kepala sekolah yang efektif dan kemampuannya mendayagunakan seluruh potensi sekolah dalam membangun kerjasama yang baik terhadap unsure sekolah sangat penting baik secara external maupun internal. Beberapa sumber daya pendukung keberhasilan implementasi kurikulum tersebut perlu dipertimbangkan oleh setiap unsur pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, karena dampak konkret dari terlaksananya kurikulum tersebut akan dirasakan langsung oleh siswa atau peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Seorang guru perlu kreatif untuk memanfaatkan berbagai sumber dan media belajar, menggunakan strategi, metode, model pembelajaran yang baik dalam proses pembelajaran sebagai pendukung keberhasilan implementasi kurikulum.















DAFTAR PUSTAKA
Anwar Kasful & Harmi Hendra. 2011. Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: ALFABETA
Apriliakartiana.sumber daya pendukung keberhasilan kurikulum.http://apriliakartiana.blogspot.com/2013/05/sumber-daya-pendukung-keberhasilan_6.html.Rabu 28 september 2016 pukul 18.30 WIB.
Arsyad. Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Gunawa, H Ary. 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Nurainiarifina.blogspot.com/2015/04/faktor-keberhasilan-implementasi.html.Rabu, 28 september 2016 pukul 18.30 WIB.
Pidarta, Made. 2004. Manajeemn Pendidikan Indonesia cet II. Jakarta: Rineka Cipta
Rasmi sary. Manajemen Kurikulum. Http://rasmisary.blogspot.com/2012/06/manajemen-kurikulum.html. Rabu 28 september 2016 pukul 18.30 WIB.

Rusman. 2014. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada
sanaky AH Hujair. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: kaukaba
Siagian, P Sondang. 2001. Audit Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sulistiyorini. 2009. Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, strategi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Teras






[1] Dr,Rusman.Manajemen Kurikulum.(Raja Grafindo Persada:Jakarta.2014).hlm.121
[2] Ary H Gunawa.Administrasi Sekolah.(Rineka Cipta:Jakarta.1996).hlm.9
[3] Made Pidarta, Manajeemn Pendidikan Indonesia cet II, (Rineka Cipta:Jakarta, 2004), hal.108.

[4] Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, strategi, dan Aplikasi, (Teras:Yogyakarta, 2009),hlm. 130.
[5] Sondang P. Siagian, Audit Manajemen, (PT Bumi Aksara:Jakarta, 2001), hlm. 120.
[6] Dr.Rusman.op.cit.hlm.129
[7] Ibid.hlm.122
[8] Ibid.hlm.124
[9] Ibid.hlm.125
[10] Ibid.hlm.126
[11] Dr. Kasful Anwar & Hendra Harmi. Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. ( ALFABETA:Bandung.2011).hlm.174
[12] Dr. Rusman.op.cit.hlm.130
[13] Ibid.hlm.134-135
[14] Ibid.Hlm.139
[15] Prof. Dr. Azhar Arsyad. Media Pembelajaran.(PT Raja Grafindo Persada:Jakarta.2011).hlm.3
[16] Hujair AH sanaky.Media Pembelajaran..( kaukaba:Yogyakarta) hlm. 6
[17] Dr.Rusman.op.cit.hlm.154
[18] Ibid.hlm.193
[19] Ibid.hlm.194
[20] Rasmi sary. Manajemen Kurikulum. Http://rasmisary.blogspot.com/2012/06/manajemen-kurikulum.html. Rabu 28 september 2016 pukul 18.30 WIB.

[21] Dr.Rusman.op.cit.hlm.213
[22] Nurainiarifina.blogspot.com/2015/04/faktor-keberhasilan-implementasi.html.Rabu, 28 september 2016 pukul 18.30 WIB.
[23] Dr. Rusman.op.cit.hlm.319
[24] Ibid.hlm.320
[25] Apriliakartiana.sumber daya pendukung keberhasilan kurikulum.http://apriliakartiana.blogspot.com/2013/05/sumber-daya-pendukung-keberhasilan_6.html.rabu 28 september 2016 pukul 18.30 WIB.
[26] Dr.Rusman.op.cit.hlm.362
[27] Ibid.hlm.363
[28] Ibid.hlm.366

1 komentar: